buku Men Coblong

Buku bersampul hijau dengan judul yang unik ini cukup menarik perhatian saya. Dari sampulnya, kita bisa sedikit menyimpulkan bahwa tokoh yang ada dalam buku ini adalah seorang wanita Bali. Menariknya, di antara banyak ornamen Bali di gambar tersebut, wanita ini juga digambarkan sedang membuka iPad; terlihat seperti seorang wanita yang berbudaya dan modern. Kira-kira, karakter seperti apakah yang diceritakan dalam buku Men Coblong ini?  

Meski buku Men Coblong bergenre fiksi, ada banyak data faktual yang disampaikan di dalamnya. Hal ini dipertegas dari beberapa ulasan singkat di bagian sampul belakangnya. 

"Dengan bahasa fasih yang merupakan ciri khas profesinya sebagai jurnalis dan sastrawan, Oka Rusmini menyampaikan tanggapan, kritik, dan sindiran tajam tanpa menyakiti terhadap banyak hal yang ada dan terjadi di sekitar kita. Buku ini menunjukkan kualitasnya sebagai penulis esai." (Sapardi Djoko Damono, sastrawan)

"Men Coblong menyajikan getir itu dalam satire. Menggugat fakta itu dalam balutan cerita fiksi." (Anton Muhajir, redaktur BaleBengong)

"Esai memang tidak ditulis untuk menemukan solusi dan karena itulah Men Coblong hadir sebagai penyodor masalah, yang sangat mungkin tidak terpetakan sebelumnya. Lewat sodoran itu diharapkan lahir strategi pemecahan masalah, yang pada akhirya bermanfaat bagi penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat." (Putu Fajar Arcana, redaktur Sastra Harian Kompas)


Tokoh Men Coblong

Men Coblong adalah sebuah nama yang dipilih Oka Rusmini untuk buku berjumlah 220 halaman ini. Sebagai pembaca yang bukan berasal dari Bali, saya sempat bingung dengan judul yang digunakan. Secara sepintas, saya kira itu adalah sebuah kata dengan imbuhan me(N)- yang bermakna kata kerja. Namun, ternyata bukan. Men Coblong adalah sebuah nama tokoh utama, yakni seorang wanita Bali yang digambarkan berusia 40-an tahun, sebagai seorang istri sekaligus ibu yang aktif membaca berita-berita terbaru dan kritis saat melihat realitas yang terjadi di negaranya. 

Ketika saya mencari tahu lebih lanjut, di dalam bahasa Bali, "coblong" berarti wadah kecil (seperti cangkir) yang terbuat dari tanah liat. Coblong ini biasanya digunakan dalam ritual-ritual Bali dan memiliki banyak makna. Saya kira, pemilihan kata coblong sebagai sebuah nama tokoh dalam cerita ini terbilang tepat dan menarik. Coblong yang membentuk ceruk menjadi representasi seorang wanita dari pinggiran (daerah kecil) yang mencoba mengkritik perihal kehidupan dengan posisi merendah. Hal ini terlihat dari gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam bentuk naratif sekaligus argumentatif: mengalir, merendah, tetapi berisi. Sementara itu, kata "men" di dalam bahasa Bali adalah sebuah panggilan untuk seorang ibu atau wanita paruh baya yang juga sesuai dengan tokoh utama. 


Review Buku Men Coblong

Oka Rusmini mampu menyuguhkan cerita fiksi dengan bebas dan tajam. Sebagai sebuah karya sastra, dengan sifatnya yang bebas, pengarang mempunyai kebebasan dalam mengungkapkan ide, menentukan latar dan jalan cerita, menciptakan tokoh, serta semua hal yang berkaitan di dalamnya. Selain itu, di samping kebebasan pengarang dalam menciptakan karakter Men Coblong, pengarang juga secara tajam mengeluarkan gagasan berupa penyodoran beragam masalah yang dikemas dalam bentuk cerita fiksi. Penyuguhan masalah ini merupakan penyampaian kritik-kritik sebagai gugatan seorang penulis terhadap realitas yang terjadi. 

Buku Men Coblong mengajak pembaca untuk kembali berpikir, kritis, dan ikut menggugat terhadap banyak hal yang terjadi di Indonesia, mulai dari rentang tahun 2013 hingga 2019. Masalah-masalah tersebut diuraikan secara gamblang dan mudah dimengerti. Terlebih, sungguhlah menarik karena Men Coblong, selaku tokoh utamanya, adalah seorang ibu paruh baya yang taat pada aturan dan budaya, tetapi dianggap "kolot" karena tidak bisa mewajarkan fenomena yang terjadi di negaranya (yang notabene fenomena tersebut sudah dianggap masyarakat sebagai hal yang biasa). 

Di sela rutinitas Men Coblong sebagai seorang ibu dengan beragam aktivitasnya, ia banyak berpikir dan mempertanyakan masalah yang terjadi di tanah airnya secara lugas, misalnya dengan membeberkan contoh masalah "kecil" di masyarakat hingga berkaitan dengan masalah besar setingkat negara atau pemerintahan. Ia menyuguhkan kasus-kasus "kecil" (yang kini banyak dianggap remeh dan biasa oleh sebagian orang), padahal sesungguhnya vital dan fundamental. Beberapa kritik yang disampaikan di dalam buku Men Coblong di antaranya adalah kritikan tentang kurikulum pendidikan, kondisi pendidikan Indonesia, gratifikasi atau suap, aturan Indonesia yang lamban, fakta-fakta rakyat kecil di lapangan, korupsi, kemiskinan, jeleknya pelestarian budaya, konflik sosial, sampah, dan kondisi jalanan di Indonesia. 

Sebagai seorang wanita yang kritis—yang juga sebagai perwakilan suara emak-emak, ia juga seorang wanita yang berperasaan (sedikit-banyak meletakkan rasa dalam kritikannya). Tentu ini sangat membantunya dalam  "meluruskan" yang sudah dianggap salah meski dengan cara yang hati-hati. Hal ini juga berkaitan erat dengan kepiawaian permainan bahasa yang dipakai pengarang dalam menuangkan ide-idenya: menyindir, tetapi tidak menyakiti; getir di dalam satire. Akibatnya, pembaca merasa nyaman dan candu untuk terus membaca ke halaman berikutnya tanpa merasa digurui, dimarahi, ataupun diceramahi. 

Hal menarik lainnya adalah kehadiran satu tokoh lain yang diceritakan sebagai seorang sahabat Men Coblong. Di dalam cerita, Men Coblong banyak berdiskusi dengan sahabatnya itu terkait keluhan, curhatan, dan gagasannya. Menariknya, si sahabat tidak jarang berada di gagasan yang berseberangan dengan Men Coblong sehingga kehadiran karakter ini berfungsi sebagai penengah, penetral, ataupun bahkan sebagai pelawan. 

Saat membaca buku ini, saya merasa teredukasi terkait limpahan informasi yang disajikan, sekaligus terhibur dengan kisah fiksi di dalamnya. Saya seperti membaca kumpulan cerpen dan dalam waktu yang sama juga sedang membaca esai. Buku yang menggugah dan inspiratif, seperti sedang membaca berita, tetapi dengan ringan, menyenangkan, dan mudah dipahami.

 

Beli buku Men Coblong yang bisa kamu pilih di sini:

Related Posts